SEKAPUR SIRIH RIWAYAT AWAL MULA BERDIRINYA GEREJA PANTEKOSTA SERIKAT dI INDONESIA (GPSDI) 

JEMAAT KELUARGA ALLAH BANDUNG

Pelayanan Perintisan Bpk. Pdt. Jakub Jeremia Trijadi

 

Adalah Bpk. Pdt. Jakub Jeremia Trijadi (Pdt. Tan Teng Liong / T.L. Tan) yang merintis dan  melayani sidang jemaat yang dimulai di rumah keluarga beliau di Jl. Siti Munigar Gg. Hasan No.3 Bandung sekitar tahun 60-an, Pendeta yang satu ini dikenal sebagai seorang hamba Tuhan yang amat rajin. Beliau pulalah yang melakukan perintisan jemaat GPSdI di Majalaya. Dengan tak kenal lelah Pdt. Jakub Jeremia melayani dua jemaat - Bandung dan Majalaya ini. Setiap hari Minggu beliau dan istri menempuh jarak Bandung – Majalaya dengan bersepeda kumbang.

Pelayanan perintisan ini sudah dimulai sejak Pdt. Jacub Jeremia Trijadi masih melajang dan terus berkembang setelah beliau menikah dengan Ibu Yo Sioe Hoa (Phebe Mariana Yahya) pada Juli 1964. Di ruang garasi yang kemudian menjadi tempat ibadah di Gg. Hasan 3 inilah beliau membangun jemaat GPSdI yang pada saat itu masih memakai nama “asli” UNITED PENTECOSTAL CHURCH dengan dibantu beberapa pengerjanya, Mereka antara lain adalah Pdp. Yan Kawengian (kelak kemudian kita kenal sebagai salah satu mantan ketua umum GPSdI), Pdp. Silas Liando (saat ini Pdt. Emeritus GIA jemaat Budiman), Pdp. Lim Ban Beng [Lili Benjamin] (saat ini adalah Gembala GKTabernakel Ebenhaezer Gg. Maskardi 20 Bdg), Bpk. Eigeten serta Bpk. Herman dan Bpk. Priyadi.

Awal pelayanan memang selalu berat karena jumlah anggota jemaat yang masih sedikit dan didominasi oleh keluarga atau kerabat dekat serta dana yang minim. Kekurangan-kekurangan ini justru menjadi dasar pengalaman iman yang mewarnai pelayanan selanjutnya. Tak lama kemudian teman-teman kerja Ibu Yo Sioe Hoa di toko De Zon mulai diperkenalkan kepada Kristus dan diajak ke gereja. Dengan terus berkeliling sambil “bezuk” banyaklah orang dibawa sehingga pada akhir tahun 60an tempat ibadah sudah menjadi penuh.

Beberapa catatan nama-nama mereka (selain pengerja & keluarga) yang beribadah di Gg. Hasan pada waktu itu antara lain : Kel. Tun Liong, Kel. Djie Tiang, Kel. Pin Hua, Kel. Ibu Gow, Kel. Ibu The Kang Nio, Kel. Ibu Siok Liu (ibunda Pdt. Lidia GPPS Batu Penjuru), Kel. Gouw Tirta (Tk. Mainan Gouw&Gouw), Kel. Potin, Kel. Mantik, Kel. Kwat Liat, Kel. Petrus, Kel. Johny Marta, Kel. Tung Ing, Kel. Titus, Kel. Ate, Kel. besar Benjamin (Bpk. Otong, Encun, Jojok, Hok Nio dll), Kel. Herman – Siau Tjing, Ibu Sien Tju, Ibu Dora, Ibu Cin Sung, Ibu Som Kwi, dll. 

Pelayanan di Majalaya dipelopori oleh Bpk. Gouw Sun Tju (suami dari Ibu Tan Tjio Niang / Ibu Hana dan ayahanda dari Ibu Yanti Debora), Bpk. Biaw Tjiang serta Bpk. Lim Tjeng Kwi / Yahya. Kebaktian diadakan di rumah kel. Yahya di Babakan Majalaya. Peran serta mereka yang luar biasa dapat dibaca lebih lanjut dalam tulisan singkat “Sejarah GPSdI Majalaya” yang ditulis oleh ibu Tan Tjio Niang (Ibu Hana).

Sejak sekitar akhir era 60an, pelayanan GPSdI Bandung meluas dengan membuka pelayanan di Wyata Guna yang dilakukan setiap hari Jumat serta berkiprah dalam jejaring kerjasama antar gereja di kota Bandung.

Pada tahun 1973, Pdt. Jakub Jeremia pindah ke Jakarta. Lewat beberapa proses, pelayanan sidang jemaat Bandung dan Majalaya diserahkan pada Pdt. Andreas Soedjatmiko. Pada saat itu keadaan jemaat di Majalaya cukup memprihatinkan, jemaat berkurang sampai akhirnya tinggal 3 keluarga, keluarga Bpk. Benyamin, Bpk. Daniel, dan Bpk. Yahya. Demikian pula dengan GPSdI Bandung, jemaat mengalami kemerosotan jumlah karena pergantian kepemimpinan.

Pdt. Jacub Jeremia kini telah beristirahat dari segala jerih lelahnya, beliau dipanggil Tuhan pulang pada 22 Januari 2006 pada usia 65 tahun.

 

Masa pelayanan Bpk. Pdt. Andreas Soedjatmiko dan Ibu Ruthie

 

Sepeninggal Pdt. Jacub Jermia, terdapat masa kosong selama kurang lebih satu tahun yang membuat jemaat Bandung dan Majalaya berada pada kondisi yang memprihatinkan. Namun Tuhan, Sang Pemilik Gereja, tidak membiarkan jemaatnya tanpa pemeliharaan. Tuhan memanggil Pdt. Andereas Soedjatmiko dan keluarganya untuk datang melayani di Bandung.

Pada tanggal 29 Mei 1974 Pdt. Andreas sekeluarga meninggalkan jemaat yang dilayaninya di Semarang dan  tiba di Bandung. Pada saat itu jemaat di Bandung tersisa tinggal 5 orang. 

Pdt. Malam Lumban Tobing, Gembala Sidang GPSdI “EBENHAEZER” desa Kota Tua, Padang Sidempuan, Sumatera adalah saksi kepindahan hamba Tuhan ini. Bpk. Tobing pada saat itu adalah mahasiswa Sekolah Alkitab UPC di Semarang yang praktek di GPSdI Bandung. Beliau menyertai kepindahan dengan duduk dibagian belakang truk gandeng yang membawa semua perabot Bpk. Andreas sedangkan Bpk Andreas, Ibu Ruthie dan kedua anak mereka – Suzanna dan Dikky naik  bis menuju Bandung.

Menurut Bpk. Tobing yang sempat melayani di Bandung selama 5 bulan ini bertutur, bahwa gereja seperti yang telah dijelaskan berada di ruang garasi sebuah rumah milik Oma Sarah (Ibunda Bpk. Jacub Jermia) di Jalan Gg. Hasan no. 3 Bandung. Masih sedikit jemaat yang dilayani pada saat itu, beliau sempat menyebutkan beberapa nama yang menjadi jemaat UPC Bandung. Mereka adalah keluarga Bpk. Tan Kioe Hun, keluarga Ibu Sutowati (keduanya adalah kakak dari Bpk. Jacub Jeremia) dan keluarga Bpk. Mantik.

Awal pelayanan di Bandung adalah masa-masa yang memprihatinkan juga bagi keadaan Bpk. Pdt. Andreas sekeluarga. Jumlah jemaat yang sedikit tentu saja belum mampu menunjang penghidupan gembala yang melayani. Ibu Ruthie mencoba membantu dengan membuka les bahasa Inggris dan menjahit. Bpk. Pdt. Tobing sempat mengisahkan bahwa sering kali persediaan makan yang berupa beras menjadi begitu sedikit sehingga terpaksa harus dibubur. Bahkan pernah mereka sekeluarga harus menahan lapar, tidak makan apapun selama 3 hari 2 malam. Dalam keadaan seperti itu, Bpk Andreas sering berkata pada Bpk. Tobing, “Berdoalah, nantikan uluran Tuhan!”.

Pelayanan khotbah dilakukan secara bergantian oleh Bpk. Andreas dan Ibu Ruthie. Jumlah anak Sekolah Minggu saat itu baru berjumlah 4-5 orang dan dilayani oleh Bpk. Tobing. Saat itu Bapak Andreas yakin bahwa dengan kuasa doa dan puasa,  jemaat yang dilayaninya saat itu akan mampu berkembang. Waktu berlalu dan jemaat di Bandung dan Majalaya pun berkembang. Jiwa-jiwa lama kembali dan jiwa-jiwa baru berdatangan, akhirnya gereja kembali penuh dengan jiwa-jiwa.

Ibu Sutowati yang dulunya kerap melayani Sekolah Minggu kini telah pindah menjadi jemaat GIA (Gereja Isa Almasih) Jemaat Lengkong Besar Bandung. Ibu ini mulai pindah ketika gereja berpindah ke Jalan Pagarsih, Bandung. “Saya sempat menghadiri ibadah beberapa kali saat itu di Pagarsih, tetapi sayang sekali saat itu jalan menuju gereja amat rusak, seringkali saya terjatuh dari becak, sampai tiga kali, akhirnya saya memutuskan pindah gereja lain.”, demikian tutur Ibu Sutowati yang anaknya pernah menjadi ketua pemuda UPC Bandung ini.

Sampai hari ini, GPSdI Bandung yang dulunya bernama UPC Bandung telah mengalami empat kali pergantian kepimpinan sejak penggembalaan Pdt. Jacub Jeremia Trijadi. Setelah Pdt. Andreas Soedjatmiko meninggal (1991-55 thn), pengembalaan di Bandung diemban oleh istrinya Ibu Ruthie. Dan ketika Ibu Ruthie juga meninggal (1999-63 thn), beliau digantikan oleh salah seorang pengerjanya Pdt. Yakub Dotosusilo. Penggembalaan Bapak Dotosusilo sendiri berlangsung tidak sampai satu tahun, dan kemudian digantikan oleh Pdt. Ir. Wawan Sukarnawan hingga saat ini. Perjalanan panjang hingga 48 tahun usia gereja ini bisa terjadi karena memang hanya karena anugerah-Nya.

-----------------

Data Pelayanan Perintisan Bpk. Pdt. Jakub Jeremia Trijadi diceritakan kembali oleh Ibu Yo Sioe Hoa dan disarikan dari catatan-catatan harian Pdt. Jacub Jermia oleh Pdt. Andereas Jonathan Trijadi (putra alm. Pdt. Jacub Jeremia Trijadi).

Data diambil berdasarkan tulisan singkat “Sejarah GPSdI Majalaya” yang ditulis oleh ibu Tan Tjio Niang (Ibu Hana) yang saat ini tinggal di Taman Cibaduyut Indah CE-1 Bandung.

Bpk. Pdt. Andreas Soedjatmiko dan istrinya, Ibu Ruthie mulai melayani di Majalaya pada tanggal 30 Mei 1974. Data ini didapat dari “Kenangan Manis bersama UPC Bandung & Majalaya” yang disusun oleh Ibu Ruthie disebutkan dalam buku mungil itu bahwa jemaat yang kerap  datang di kebaktian awal di pelayanan di Majalaya cuma 1 orang. Lihat tulisan singkat ”Sejarah GPSdI Majalaya”

Menurut data dari buku “Kenangan Manis bersama UPC Bandung & Majalaya”, pada tahun 1989, jemaat di Majalaya yang digembalakan oleh Bpk. Andreas dan Ibu Ruthie mencapai 250 orang dan pada saat itu sedang membangun rumah ibadah berukuran 8 x 23 meter.

GPSDI JKA Bandung